AKPER MANOKWARI
Tugas komunikasi keperawatan
“Komunikasi
Dengan Anak”
Nama : arif wibowo
Nim : 12.005
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SORONG
PROGRAM STUDI D-III
KEPERAWATAN MANOKWARI
2014
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “komunikasi keperawatan”, yang mmenurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari ilmu keperawatan.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Makassar 23,09,2013
“Ns. arif wibowo”
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang ……………………………………………………………………………………………………………….
Permasalahan…………………………………………………………………………………………………………………
Tujuan…………………………………………………………………………………………………………………………….
Manfaat………………………………………………………………………………………………………………………….
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
1.
Komponen dalam Komunikasi………………………………………………………………………………
2.
Sikap dalam Komunikasi………………………………………………………………………………………
3. Sikap
Komunikasi Terapeutik……………………………………………………………………….………
4. Komunikasi
dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang………………….………..
5. Cara
Komunikasi dengan Anak…………………………………………………………………………...
6. Cara
Komunikasi dengan Orang Tua Anak………………………………………………………..….
7. Tahapan
dalam Komunikasi dengan Anak…………………………………………………………..
8. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak…………………………….
9. Implikasi
Komunikasi dalam Keperawatan…………………………………………………………..
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………..
2. Saran………………………………………………………………………………………………………………………………..
BAB
I
PENDAHULUAN
I.
1. Latar Belakang
Dalam tindakan keperawatan faktor komunikasi yang baik antara perawat dengan
kliennya sangat mempengaruhi keberhasilan tindakan keperawatan. Komunikasi
merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri kita dengan klien. Tetapi
untuk mewujudkan komunikasi yang baik dengan klien tidaklah mudah, apalagi
dengan klien anak.
Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan
selanjutnya anak akan memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Dalam tinjauan
ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang membutuhkan suatu perhatian dan
kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara
komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan
kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai. Tetapi, dalam
mencapai tujuan komunikasi yang baik ini tidaklah mudah, misalnya saja anak
yang belum bisa bercerita. Kadang kala dalam komunikasi dengan anak, seorang
perawat dalam tindakan keperawatannya dapat membuat/menyebabkan anak menjadi
menangis, marah, dan lain sebagainya yang bisa membuat hati dan pikiran si klie
(anak) menjadi tidak enak. Maka dari itu, kami terdorong untuk membuat makalah
yang membahas tentang teknik komunikasi dengan anak.
I.
2. Permasalahan
Permasalahan yang timbul adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan klien anak
sehingga tercapai saling percaya antara perawat dengan klien (anak) ?
I.
3. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah:
1.
Mengetahui pengertian komunikasi pada anak
2.
Mengetahui komponen dalam komunikasi pada anak
3.
Mengetahui sikap dalam komunikasi pada anak
4.
Mengetahui sikap dalam komunikasi terapeutik pada anak
5.
Mengetahui komunikasi dengan anak berdasarkan usia tumbuh kembang
6.
Mengetahui cara komunikasi dengan anak
7.
Mengatahui cara komunikasi dengan orang tua anak
8.
Mengetahui tahapan dalam komunikasi dengan anak
9.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dengan anak
10.
Mengetahui implikasi komunikasi dalam keperawatan.
I.
4. Manfaat
Dengan mengatahui hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana cara melakukan
komunikasi yang baik dengan klien (anak), maka diharapkan kepada perawat di
dalam melakukan tindakan keperawatan kepada klien (anak) dapat menjalin
hubungan komunikasi yang baik.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan diri
kiita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih
sayang, dan selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada
dirinya. Banyak ahli komunikasi memberikan pengertian tentang komunikasi
seperti komunikasi merupak pengiriman atau tukar menukar informasi, ide atau
lainnya yang dapat memberikan suatu pengetahuan tentang ide atau informasi yang
disampaikan. Melalui pengertian tersebut terdapat istilah pertukaran informasi
yang berarti dalam komunikasi melibatkan lebih dari satu orang dalam
menyampaikan onformasi, atau ide yang ada. Kemudian dalam praktik keperawatan
istilah komunikasi sering digunakan pada aspek pemberian terapi pada klien,
sehingga istilah komunikasi banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau
dikenal dengan nama komunikasi terapeutik yang menurut Stuart dan Sundeen tahun
1987 merupakan suatu cara untuk membina hubungan yang terapeutik yang
diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang dapat mempengaruhi
perilaku orang lain, mengingat keberhasilan tindakan keperawatan tergantung
kepada proses komunikasi.
Sedangkan secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi
yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak
dalam pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan
ilmu keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu
perhatian dan kasih sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi
dengan cara komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal yang dapat
menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga tujuan komunikasi dapat tercapai.
II. 1. Komponen dalam Komunikasi
Komunikasi dapat terjadi bila prosesnya dapat berjalan dengan baik. Proses
komunikasi yang dimaksud di sini adlah pengirim pesan, penerus pesan, pesan itu
sendiri, media dan umpan balik. Proses tersebut merupakan suatu komponen dalam
komunikasi yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan, di antara komponen
dalam komunikasi adalah sebagai berikut:
a.
Pengirim Pesan
Pengirim pesan di sini adalah dapat individu dalam hal ini adalah anak,
keluarga atau kelompok yang melaksanakan komunikasi baik dengan individu (anak)
ataupun kelompok lain. Pengirim pesn dapat juga tempat berasalnya sumber pesan
yang dikomunikasikan. Pengirim pesan di sini adalah seseorang atau sumber pesan
yang memberikan informasi atau ide yang disampaikan. Pada praktik keperawatan
pengiriman pesn komunikasi dapat terjadi antara anak dengan perawat, dokter
atau petugas kesehatan lainnya serta orang tua.
b.
Penerima Pesan
Penerima pesan merupakan orang yng menerima berita atau lambing dapat berupa
klien (anak), keluarga tau masyarakat. Penerima pesan dalm praktik keperawatan
anak adalah anak itu sendiri dan juga bisa orang tua, mengigat dalam keperawatn
anak orang tua itu termasuk salah satu komponen dalam pemberian asuhan
keperawatan dan terlibat secara langsung.
c.
Pesan
Pesan merupakan berita yang disampaikan oleh pengirim pesan melalui lambing
pembicara, gerakan ataupun sikap. Pesan ini dapat berupa berbagai informasi
tentang masalah kesehatan anak atau informasi-informasi yang membantu
kepercayaan diri anak.
d.
Media
Media merupakan tempat berlakuna lambing saluran yang dapat meliputi suara dan
lambangitu sendiri. Media dalam komunikasi pada anak ini sangat beragam seperti
suara, atau beberapa hal yang dapat memudahkan dalam penerimaan pesan khususnya
pada anak sperti berupa gambar atau permainan secara konkret dan menarik bagi
anak.
e.
Umpan Balik
Umpan balik merupakan bagian prose komunikasi yang dapat digunakan sebagai alat
pencapaian pesan/informasi yang telah disampaikan. Komponen ini merupakan
evaluasi tercapainya informasi yang disampaikan pada anak, mengingat dalam
komunikasi dengan anak sering menemukan kesulitan dalam proses umpan balik
karena anak merasa ketakutan atau adanya dampak dari hospitalisasi.
II.2.
Sikap dalam Komunikasi
Sikap dalam komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam membangun
efektivitas dari proses komunikasi, dengan sikap yang baik proses komunikasi
dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ada. Menurut Egan tahun
1995 dikutip Kozier dan Erb tahun 1983 menyampaikan sikap komunikasi merupakan
sesuatu apa yang harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non
verbal yang dapat meliputu:
a.
Sikap Berhadapan
Berhadapan merupakan bentuk sikap di mana seseorang langsung bertatap muka atau
berhadapan langsung dengan anak (sesorang yang diajak komunikasi), sikap ini
mempunyai arti bahwa komunikator siap untuk berkomunikasi.
b.
Sikap Mempertahankan Kontak
Mempertahankan kontak mata merupakan kegiatan yang bertujuan menghargai
klien dan mengatakan adanya keinginan untuk tetap berkomunikasi dengan
cara selalu memperhatikan apa yang diinformasikan atau disampaikan dengan tidak
melakukan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian dengan lainny .
c.
Sikap Membunkuk Kearah Pasien
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi yang menunjukkan
keinginan utuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan cara membungkuk sedikit
kearah pasien. Cara ini dilakukan menjaga komunikasi berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
d.
Sikap Terbuka
Sikap ini merupakan bentuk sikap dengan memberikan posisi kaki tidak melipat,
tangan tidak menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi yang dilakukan selama
dalam proses komunikasi, sehingga proses keterbukaan diri dalam komunikasi
dapat dilaksanakan.
e.
Sikap Tetap Relaks
Sikap tetap relaks merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara
ketegangan dan relaksasi dalam member respons pada klien selama komunikasi.
Sikap ini sangat diperlukan sehingga saling memberikan berbagai informasi yang
diharapkan tanpa adanya sebuah paksaan.
Selain bebrapa sikap yang ada masih ada beberapa sikap non verbal selama
komunikasi yang juga masuk dalam kategori sikap, seperti: 1). Gerakan mata,
gerakan mata ini digunakan dalam memberikan perhatian. Gerakan mata merupakan
cara interaksi yang tepat, mengingat proses pendidikan dan sosialisasi anak
dapat terwujud pada kontak mata. 2). Ekspresi muka, sikap ini termasuk bahasa
nonverbal yang banyak dipengaruhi oleh budaya. Percaya atau tidak dapat dinilai
keadaan ekspresi muka secara tidak disadari. 3). Sentuhan, merupakn cara
interaksi yang mendasar karena dengan sentuhan dapat memperhatikan perasaan
menerima dan menghargai. Ikatan kasih sayang ditentukan oleh pendengaran atau
suara. Sentuhan merupakan elemen penting dalam pembentukan ego, perasaan dan
kemandirian.
Pada komunikasi dengan anak sentuhan merupakan alat yang sangat penting karena
sebagai alat komunkasi dalam memperlihatkan kehangatan, kasih sayang, yang pada
kemudian hari (dewasa) dapat mengembangkannnya.
II.
3. Sikap Komunikasi Terapeutik
Sikap komunikasi terapeutik merupakan cara berperilaku seseorang selama dalam
komunikasi yang dapat memberikan dampak terapi psikologis, sehingga
masalah-masalah psikologis anak dapat teratasi. Dalam praktik keperawatan sikap
komunikasi terapeutik itu terdiri dari:
a.
Sikap Kesejatian
Sikap kesejatian merupakan sikapdalam pengiriman pesan pada anak menunjukkan
tentang gambaran diri kita sebenarnya, sikap yang dimaksud antara lain
menghidari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan klien (anak) menunjukkan
kesiapan untuk berespons positif terhadap keterbukaan, sikap kepercayaan yang
digunakan untuk menumbuhkan rasa percaya kita dengan anak dan harus lebih
terbuka, sikap menghindari mebuka diri terlalu dini dalam rangka manipulasi,
sikap dengan memberikan nasihat atau mempengaruhi klien (anak) untuk
mendapatkan apa yang menjadi tujuan kita dalam komunikasi.
b.
Sikap Empati
Sikap empati merupakan bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada
posisi anak dan orang tua. Sikap empati ini dapat ditunjukkan dengan
mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikan dengan maksud dimengerti,
mengatakan pada diri komunikan bahwa kita ingin mendengar apa darinya,
menyampaikan respons empati seperti keakuratan, kehangatan, dan menunjukkan empati
secara verbal.
c.
Sikap Hormat
Sikap hormat merupakan sikap yag menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian,
rasa suka dan menghargai klien. Sikap hormat dalam komunikasi ini dapat
ditunjukkan dengan melihat kearah klien saat berkomunikasi, memberikan
perhatian yang tidak terbagi dalam komunikasi, memelihara kontak mata dalam
komunikasi, senyum pada saat yang tepat, bergerak kearah klien saat komunikasi,
menetukan sapaan saat komunikasi, menentukan sapaan saat komunikasi, melakukan
jabatan tangan atau sentuhan yang lembut dengan izin komunikan.
d.
Sikap Konkret
Sikap konkret merupakan bentuk sikap dengan menggunakan terminology yang
spesifik dan bukan abstrak pada saat komunikasi dengan klien. Sikap konkret
dapat ditunjukkan dengan menggunakan sesuatu yang nyata seperti menunjukkan
pada hal yang nyata, melalui orang ketiga dalam hal ini adalah orang tua dan
dapat menggunakan alat bantu seperti gambar, mainan, dan lain-lain.
II.
4. Komunikasi dengan Anak Berdasarkan Usia Tumbuh Kembang
a.
Usia Bayi ( 0 – 1 tahun )
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui
gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di
samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara nonverbal. Perkembangan
komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu
yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk membuat
suara-suara yang dikeluarkan oleh bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi
tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan di mana bayi sudah mampu
melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas bayi sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia minggu ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan
kepada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah
mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain dan pada
bulan kedua puluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya,
mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku, pada akhir tahun
pertama sudah mampu melakukan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga
kata.
b.
Usia Todler ( 1 – 2,5 tahun ) dan Prasekolah ( 2,5 – 5 tahun )
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan
bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh
kata, pada tahun kedua sudah mampu 200 – 300 kata dan masih terdengar kata-kata
ulangan.
Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai 900 kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya.
Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya
sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasa mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus
berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidak tahuan dan perlu diingat bahwa
pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara.
Pada usia ini cara komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu
apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh
alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat,
jika tidak dijawab harus diulangi lebih jelas dengan pengarahan yang sedrehana,
hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab dong”,
mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan
maksud anak mudah diajak komunikasi, menagtur jarak interaksi dimana kita harus
menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.
Secara non verbal kita selalumemberi doronganak mencetakan penerimaan dan
persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak,
salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas,
menggambar, menulis, atau bercerita, dalam menggali perasaan dan fikiran
anak disaat melakukan komunikasi.
c.
Usia Sekolah ( 5 – 11 tahun )
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan
anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang
dilaksanakan oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca di
sini sudah dapat dimulai, pada usia kedelapan anak sudah mampu membaca dan
sudah mulai berfikir terhadap kehidupan.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata sederhana yang
spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidak diketahui, pada usia ini keingin tahuan pada aspek fungsional dan
prosedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti fungsi dan
prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakan secara jelas dan
jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak mampu
berkomunikasi secara efektif.
d.
Usia Remaja ( 11 – 18 tahun )
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan
berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berfikir secara konseptual, sudah
mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia ini sering kali merenung
kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini
pola pikir sudah mulai menunjukkan kearah yang lebih positif, terjadi
konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa.
Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah
pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan
rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya
kepercayaan anak dan merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
II.
5. Cara Komunikasi dengan Anak
komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
denagan anak, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan mengambil
berbagai data yang terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam
penentuan masalah keperawatan atau tindakan keperawatan. beberapa cara yang
dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan anak, antara lain:
1.
Melalui Orang Lain atau Pihak Ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan
kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan
melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping. Selain itu
dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju yang sedang dipakainya
serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.
2.
Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan
hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan
melalui tulisan maupun gambar.
3.
Menfasilitasi
menfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak
atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam menfasilitasi kita harus
mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus
diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan
penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan
kesan yang jelek pada anak.
4.
Biblioterapi
Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan
perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan
yang akan disampaikan kepada anak.
5.
Meminta untuk Menyebutkan Keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang didapatkan, dan
keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
6.
Pilihan Pro dan Kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang menunjukkan
pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.
7.
Penggunaan Skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan
menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
8.
Menulis
Melalui ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih,
marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah
dan diam. Cara ini dapat dilakukan apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk
menulis.
9.
Menggambar
Seperti halnya menulis, menggambarpun juga dapat digunakan untuk mengungkapkan
ekspresinya, perasaan jengkel marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar
dan anak akan mengungkapkannya apabila gambar yang ditulisnya ditanya tentang
maksudnya.
10.
Bermain
Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi, melalui ini
hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang disekitarnya dapat
terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.
II.
6. Cara Komunikasi dengan Orang Tua Anak
Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting dalam perawatan
anak, mengingat pemberian asuhan keperawatan pada anak selalu melibatkan peran
orang tua yang memiliki peranan penting dalam mempertahankan komunikasi dengan
anak.
untuk mendapatkan informasi tentang anak sering kita mengobservasi secara
langsung atau berkomunikasi dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita
perhatikan dalam komunikasi dengan orang tua diantaranya:
a.
Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara
Kita dalam melakukan komunikasi dengan orang tua, jangan hanya peran kita
sebagai pemberi informasi saja akan tetapi bagaimana kita merspons atau
mengajak agar orang tua yang kita ajak komunikasi mampu untuk memberikan suatu
pesan atau informasi yang dimiliki, kemampuan inilah yang seharusnya kita
kembangkan sehingga komunikasi agar berjalan terus dan efektif serta tujuan
yang kita inginkan dalam komunikasi dapat tercapai.
b.
Arahkan ke Fokus
Dalam melakukan komunikasi dengan orang tua anak arahkan pokok pembicaraan kita
ke fokus sambil memberi kesempatan pada orang tua untuk mengekspresikan
perasaannya secara bebas sehingga tujuan komunikasi dapat mencapai sasaran.
Mengarahkan ke fokus itu salah satu bagian dalam mencapai komunikasi yang
efektif.
c.
mendengarkan
Mendengarkan adalah kunci untuk mencapai komunikasi yang efektif, kemampuan
mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh-sungguh saat
berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu dengan
mendengarkan kita akan mendapatkan seluruh informasi yang didapatkan sehingga
tidak ada yang hilang atau tertinggal informasi yang akan disampaikan.
d.
Diam
Diam adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar
dapat memberikan kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk
memberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya dan memberikan
kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.
e.
Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakn oleh orang tua
anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara
komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.
f.
Meyakinkan Kembali
Meyakinkan kembali merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil
komunikasi dapat diterima pada klien hal ini adalah orang tua. Pada dasarnya
semua orang tua ingin menjadi orang tua terbaik, tetapi pada saat anak sakit
dapat terjadi kecemasan tentang peran dan fungsinya, maka yakinkan kembali akan
peran dan fungsinya sebagai orang tua.
g.
Merumuskan Kembali
Dalam mencapai tujuan pemecahan masalah kita dan orang tua anak harus sepakat
terhadap masalah yang muncul kadang-kadang pada rang tua, dengan merumuskan
kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan bersama akan memberikan dampak
dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran.
h.
Memberi Petunjuk Kemungkinan Apa yang Terjadi
Melalui komunikasi beberapa petunjuk tentang kemungkinan masalah apa yang
terjadi dapat diinformasikan terlebih dahulu untuk mengantisipasi tentang
kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua tahu dan siap bila masalah itu
muncul.
i.
Menghindari Hambatan dalam Komunikasi
Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara
asertif dengan orang tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi,
karena hambatan selama komunikasi akan memberiakn dampak tidak berjalannya
suatu proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil
keputusan, megubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak
memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan
selesai.
II.
7. Tahapan dalam Komunikasi dengan Anak
Dalam melakukan komunikasi pada anak terdapat beberapa tahap yang harus
dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secara langsung, tahapan ini sangat
meliputi tahap awal ( pra interaksi ), tahap perkenalan atau orientasi, tahap
kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.
a.
Tahap Prainteraksi
Pada tahap pra interaksi ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data
tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya kepada orang tua tentang
masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan
mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan
perasaan apa yang ada pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien,
proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan
rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.
b.
Tahap Perkenalan atau Orientasi
Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum pada
klien, melakukan validasi (kognitif, psikomotorik, afektif), mencari kebenaran
data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau pemeriksaan ang lain,
memperkenalkan nama kita denga tujuan agar selalu ada yang memperhatikan
terhadap kebutuhannnya, menanyakan nama panggilan kesukaan klien karena akan
mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab
perawat dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan
tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan dan
menjelaskan kerahasiaan.
c.
Tahap Kerja
Pada tahap ini kegiatan yang dapat kia lakukan adalah memberi kesempatan pada
klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal-hal yang
kurangdimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan
dengan cara yang baik dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.
d.
Tahap Terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan
adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil,
memberikan re-inforcement positif, merencanakan tindak lanjut dengan klien,
melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dan mengakhiri wawancara dengan
cara yang baik.
II.
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dengan Anak
Dalam proses komunikasi kemungkinan ada hambatan selama komunikasi, karena
selama proses komunikasi melibatkan beberapa komponen dalam komunikasi dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a.
Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi dan makin bagus pengatahuan yang dimiliki sehingga
penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat dilakukannya. Dalam
komunikasi dengan anak atau orang tua juga perlu diperhatikan tingkat
pendidikan khususnya orang tua karena berbagai informasi akan mudah diterima
jika bahasa yang disampaikan sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya.
b.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan proses belajar dengan menggunakan panca indra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu untuk dapat menghasilkan
pengetahuan dan keterampilan. Faktor pengetahuan dalam proses komunikasi dapat
diperlihatkan apabila seseorang pengetahuan cukup, maka informasi yang
disampaikan akannjelas dan mudah diterima oleh penerima kan tetapi apabila
pengetahuan kurang maka akan menghasilkan informasi yang kurang.
c.
Sikap
Sikap dalam komunikasi dapat mempengaruhi proses kemungkinan berjalan efektif
atau tidak, hal tersebut dapat ditunjukkan seseorang yang memiliki sikap kurang
baik akan menyebabkan pendengar kurang percaya terhadap komunikator, demikian
sebaliknya apabila dalam komunikasi menunjukkan sikap yang baik maka
dapat menunjukkan kepercayaan dari penerima pesan atau informasi. Sikap yang
diharapkan dalam komunikasi tersebut seperti terbuka, percaya, empati,
menghargai dan lain-lain, kesemuanya dapat mendukung berhasilnya komunikasi
terapeutik.
d.
Usia Tumbuh Kembang
Faktor usia ini dapat mempengaruhi proses komunikasi, hal ini dapat ditunjukkan
semakin tinggi usia perkembangan anak kemampuan dalam komunikasi semakin
kompleks dan sempurna yang dapat dilihat perkembangan bahasa anak.
e.
Status Kesehatan Anak
Status kesehatan sakit dapat berpengaruh dalam komunikasi, hal ini dapat
diperlihatkan ketiak anak sakit atau mengalami gangguan psikologis maka
cenderung anak kurang komunikatif atau sangat pasif, dengan demikian dalam
komunikasi membutuhkan kesiapan secara fisik dan psikologis untuk mencapai
komunikasi yang efektif.
f.
Sistem Sosial
Sistem sosial yang dimaksud di sini adalah budaya yang ada di masyarakat, di
mana setiap daerah memiliki budaya atau cara komunikasi yang berbeda. Hal
tersebut dapat juga mempengaruhi proses komunikasi seperti orang Batak engan
orang Madura ketika berkomunikasi dengan bahasa komunikasi yang berbeda dan
sama-sama tidak memahami bahasa daerah maka akan merasa kesulitan untuk
mencapai tujuan dan komunikasi.
g.
Saluran
Saluran ini merupakan faktor luar yang berpengaruh dalam proses komunikasi
seperti intonasi suara, sikap tubuh dan sebagainya semuanya akna dapat
memberikan pengaruh dalam proses komunikasi, sebagai contoh apabila kita
berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara atau intonasi jelas maka sangat
mudah kita menerima informasi ataupun pesan yang disampaikan. Demukian
sebaliknya apabila kita berkomunikasi dengan orang yang memiliki suara
yang tidak jelas kita akan kesulitan menerimapesan atau informasi yang
disampaikan.
h.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar area, lingkungan dalam hal
komunikasi yang dimaksud di sini dapat berupa situasi, ataupun lokasi yang ada.
Lingkungan yang baik atau tenang akan memberikan dampak berhasilnya tujuan
komunikasi sedangkan lingkungan yang kurang baik akan memberikan dampak yang
kurang. Hal ini dapat kita contohkan apabila kita berkomunikasi dengan anak
pada tempat yang gaduh misalnya atau tempat yang bising, maka proses komunikasi
tidak akan bisa berjalan dengan baik, kemungkina sulit kita berkomunikasi
secara efektif karena suara yang tidak jelas, sehingga pesan yang akan
disampaikan sulit diterima oleh anak.
II.
9. Implikasi Komunikasi dalam Keperawatan
Implikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat mengingat
berbagai pengkajian atau pemeriksaan pada klien dapat dilakukan melalui
komunikasi di antaranya implikasi yang dapat dilakukan adalah:
1.
Ajak berbicara lebih dahulu dengan
orang tua sebelum berkomunikasi dengan anak atau mengkaji anak dengan menjalin
hubungan dalam tindakan keperawatan.
2.
Lakukan kontak dengan anak dengan
mengawali bercerita atau teknik lain agar anak mau berkomunikasi
3.
Berikan maianan sebelum masuk ke
dalam pembicaraan inti.
4.
Berikan kesempatan pada anak untuk
memilih tempat pemeriksaan yang diinginkan sambil duduk, berdiri atau tidur.
5.
Lakukan pemeriksaan dari sederhana
ke kompleks, pemeriksaan yang berdampak trauma lakukan diakhir pemeriksaan.
6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan
ketakutan pada anak dan beri kesempatan untuk memegang alat periksa
BAB
III
PENUTUP
III.
1. Kesimpulan
Komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi yang
disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam
pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Terjadinya
komunikasi yang baik antara perawat dan klien (anak) menentukan
keberhasilan tindakan keperawatan. Komunikasi dengan anak berbeda didasarkan
pada usia tumbuh kembang anak. Selain melakukan komunikasi dengan klien (anak)
perawat juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua anak.
Komunikasi antara perawat dengan klien (anak) tidak lepas dari faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi komunikasi tersebut.
III.
2. Saran
Kepada dosen mata kuliah Komunikasi Keperawatan diharapkan agar memberikan
waktu yang cukup kepada mahsiswa/i untuk mengerjakan tugas.
DAFTAR PUSTAKA
`Hidayat,
Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan anak 1. Salemba Medika:
Surabaya.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda